Sabtu, Januari 20, 2018

SIKE RABANO MERUPAKAN KEARIFAN LOKAL KERINCI...

Assalamu'alaikum...
alhamdulillaah wa syukurillah.... allahummasholli'alaa sayyidina muhammad..

baru-baru ini sebuah video di facebook tentang ratib tegak (saman), yang sebagian masyarakat yang  menganggap sebuah perbuatan syririk tanpa tabayyun dahulu,, hihihihi....😅😅 
naaah... jika kita telusuri sejarah ternyata sike rabano yang merupakan keraifan lokal dikerinci,, ternyata berasal dari syekh Muhammad Syaman, yang dibawa oleh murid beliau ke kerinci, yakni syekh muhammad latief di pulau tengah yang disana juga melakukan ratib saman,,,
bagaimana masih tidak mau menelusuri sejarahh,,,, agar tidak gagal faham,, hehehe,,,,




NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KEARIFAN LOKAL SIKE RABANO (REBANA) DIKERINCI

Oleh : Sudarmi
 211. 015.016

A.      PENDAHULUAN

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa islam masuk ke Indonesia dengan cara memasukkan nilai-nilai agama kedalam budaya tardisonal, yang sesuai dengan syariat islam, banyak sekali budaya yang melekat pada nilai keagamaan yang ada diiindonesia, seperti ratib saman, adat yang bersendi syarak dan sebagainya.
Begitu pula dikerinci, masuknya islam juga melalui pendekatan kebudayaan yang ada, salah satunya adalah sike rabana (Zikir rebana).
Penyebaran agama Islam umumnya datang dari arah barat, yaitu dari Minangkabau, dari Inderapura dan Muara Labuh. Masuk pada abad ke-13 M. Bukti-bukti yang menyatakan bahwa agama Islam datang dari daerah tersebut adalah karena para pengembangnya berasal dari daerah tersebut, dan umumnya pangkal nama mereka diberi nama “siak”, sebab pada umumnya para orang alim atau para ulama disebut orang siak.
Ada tujuh orang pengembang agama Islam yang terkenal di Kerinci, yaitu: Siak Jelir, di Koto Jelir – Siulak (Kecamatan Gunung Kerinci), Siak Rajo, di Sungai Medang (Kecamatan Air Hangat), Siak Ali, di Koto Beringin – Sungai Liuk (Kecamatan Sungai Penuh), Siak Langih, di Koto Panian – Sungai Penuh (Kecamatan Sungai Penuh), Siak Sati, di Koto Jelatang (Kecamatan Sitinjau Laut), Siak Baribut Sati, di Koto Merantih – Terutung (Kecamatan Gunung Raya) dan Siak Haji, di Lunang (daerah Inderapura).
Berbicara tentang perkembangan Islam di Kerinci, tidak terlepas dari tokoh-tokoh atau ulama itu sendiri.tokoh yang menyebarkan agama secara keseluruhan adalah para ulama dari Kerinci itu sendiri, sepulangnya mereka belajar agama di Jawa dan Arab diantaranya yaitu:
a. Abdul Latif yang berasal dari Pulau Tengah.
b. Syekh Mukhtar Amabai berasal dari Ambai.
c. Syekh Haji Mohammad Sekin dari tanah kampung
Kerinci merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi. daerah Kerinci memiliki berbagai macam kesenian yang perlu mendapat perhatian terus menerus sesuai dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan, terutama dalam menghadapi era globalisasi saat ini.
Kesenian tradisional harus dilestarikan, salah satu cara untuk melestarikanya yaitu dengan cara melakukan penelitian, pendokumentasian, dan pembinaan pewarisan demi kelangsungan hidupnya di tengahtengah masyarakat. Kerinci kaya dengan seni dan budaya, itu terbukti dari banyaknya kesenian-kesenian tradisional khas Kabupaten Kerinci, hampir disetiap desa dan kecamatan di Kabupaten Kerinci semuanya memiliki kesenian daerah masingmasing. Kesenian-kesenian yang ada di Kerinci yaitu seperti Tari Ranggouk, Tari Marcok, Sike Rebana, Tari Niti Naik Mahligai , Seruling Bambu dan masih banyak lagi kesenian-kesenian yang ada di Kabupaten Kerinci.7 Kesenian-kesenian ini biasanya ditampilkan apabila ada acara-acara adat, seperti Kenduri Sko8 dan menyambut kedatangan tamu kehormatan atau dalam bahasa Kerincinya nyambut mendah.
Adapun kesenian tradisional yang masih ada dan dipertunjukkan oleh masyarakat adalah kesenian Sike Rebana. Sike Rebana (Zikir Rebana) adalah kesenian musik tradisional Kabupaten Kerinci yang tergolong dalam bentuk musik rakyat yang bernafaskan Islam, perpaduan dua macam seni musik dan suara yang berakar dari irama padang pasir Timur Tengah dengan lantunan vokalnya bertemakan memuja dan sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW, syair dan lagunya dikemas dengan irama bahasa daerah Kerinci yang dikutip dari kitab Al-Barzanji dan lagu-lagu Arab lainnya. Sesuai dengan dialek Kerinci, Zikir rebana disebut Sike. Berkembangnya Sike Rebana ini di daerah Kerinci karena berkembangnya agama Islam di Kerinci.Masuknya pengaruh Islam di Kerinci pada abad ke-13 M.
 Kesenian Sike Rebana berfungsi sebagai wadah dakwah Islamiah dan juga sebagai sarana hiburan serta pesan penyemangat. Kesenian Sike Rebana Kabupaten Kerinci juga sudah banyak ditampilkan diluar daerah dalam berbagai acara dan dilombakan baik itu tingkat nasional sampai tingkat Internasional.
B.  Sejarah Kesenian Sike Rebana Sebelum Tahun 1980 di Kerinci

Sike Rebana berasal dari tanah Arab.Orang Kerinci yaitu H. Abdul Latif pergi ke Arab untuk belajar agama Islam, sehingga mereka juga belajar tentang Sike Rebana dengan Muhammad Syaman.Maka Abdul Latif mengajarkan Sike Rebana di Kerinci sebagai alat untuk berdakwah dan mengajarkan agama Islam kepada masyarakat Kerinci agar lebih menarik.Daerah yang pertama dikembangkan Sike Rebana ialah di Desa Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau pada abad ke-17 M.
Kesenian Sike Rebana dari tahun 1720-1950 tujuannya untuk dakwah, khususnya untuk menarik generasi muda agar rajin beribadah yang diselenggarakan di mesjid, surau atau langgar dan rumah. Acaranya duduk bersila dan biasanya berlangsung sejak selesai sholat isya atau sekitar pukul 20.30 sampai subuh, sekitar pukul 03.30 WIB. Sike Rebana yang dimainkan oleh kaum laki-laki berfungsi sebagai kesenian agama untuk menarik generasi muda agar rajin beribadah, pesan penyemangat dan juga sebagai sarana hiburan untuk memeriahkan acara-acara keramaian atau perhelatan, misalnya perkawinan, khitanan dan lain-lainnya.
Pergantian pemain dari kaum laki-laki ke kaum wanita disebabkan karena :
Pertama, kesenian Sike Rebana yang dilakukan oleh kaum laki-laki monoton atau hanya dilakukan mesjid, surau atau langgar dan rumah saja, sehingga prestasinya tidak ada.
Kedua, atas ide seorang penilik kebudayaan yaitu Nasir. M yang menginginkan Sike tetap berkembang di Kerinci, maka Sike Rebana diajarkan kepada kaum wanita.
Ketiga, kaum wanita dianggap lebih menarik untuk menyajikan kesenian Sike Rebana. Sehingga hasilnya tampak jelas seperti bentuk tari yang bervariasi, berfungsi untuk berbagai acara dan yang paling utama kesenian Sike Rebana ini sangat berkembang pesat pada masa kaum wanita, seperti ditampilkan keluar daerah.
Keempat, karena perkembangan zaman, jadi agar kesenian Sike Rebana ini tidak punah dan tetap berkembang dan dilestarikan maka dikembangkan kepada kaum wanita, yang merupakan salah satu kesenian tradisional khas Kabupaten Kerinci, walaupun tidak dimainkan oleh kaum laki-laki.
C. Perkembangan Kesenian Sike Rebana Tahun 1980 – 2011 di Kerinci
Pertama kali kesenian Sike Rebana berkembang kepada kaum wanita ialah di daerah Sungai Penuh terutama Dusun Empih, Lima Lurah Sungai Penuh, Pondok Tinggi dan Dusun Baru, Sike Rebana dilakukan oleh kaum wanita.Pada tahun 1986, kesenian Sike Rebana sering ditampilkan dan menarik perhatian.Sehingga pemerintah Kabupaten Kerinci terutama di bidang kebudayaan mulai mengembangkan kesenian Sike Rebana ke kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Kerinci.
Perkembangan lagu yang digunakan dimulai tahun 1990.Lagu-lagu yang digunakan disesuaikan dengan acara yang dilaksanakan.Acara besar Islam, seperti Maulid Nabi, Isra’Mi’raj menggunakan lagu yang berbahasa Arab, seperti salawat. Acara penyambutan tamu kehormatan lagu yang digunakan ialah memuja-memuji tamu kehormatan tersebut dan mengucapkan selamat datang dengan tetap menggunakan irama yang sama tapi syairnya berbeda atau ditukar. Acara khitanan, sunat rasul, pesta pernikahan, turun mandi anak, aqiqah menggunakan lagu yang mendoakan orang yang mempunyai acara tersebut.Nyanyian Sike Rebana diolah dalam irama tale (nyanyian khas Kerinci).
Tahun 1990, pakaiannya mulai berkembang. Kalau tampil di mesjid dalam acara hari besar Islam, maka pakaian yang digunakan ialah pakaian muslim. Sedangkan pakaian adat digunakan dalam acara menyabut tamu kehormatan.Untuk mengisi acara-acara kesenian baik dalam daerah Kerinci maupun ke luar daerah Kerinci menggunakan dua pakaian tersebut.47 Pakaian yang digunakan wanita dan laki-laki sama, bedanya terletak pada laki-laki menggunakan kopiah dan wanita menggunakan jilbab.
Fungsi kesenian Sike Rebana juga berkembang mulai tahun 1990. Fungsi kesenian Sike Rebana ialah mengisi acara hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan Isra’ mi’raj, penyambutan tamu kehormatan, Kenduri Sko, Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK), acara hajatan atau sunat rasul, turun mandi anak, aqiqah, menaiki rumah baru, pesta pernikahan, serta hiburan setelah pengajian kelompok majlis taklim wanita setiap minggu.
 Pada tahun 1990 kesenian Sike Rebana tidak hanya dilaksanakan di mesjid, suaru atau langgar dan rumah, tetapi juga diselenggarakan di tempat yang terbuka seperti lapangan, gedung kesenian, serta tampil di atas pentas, pada saat kegiatan gotong royong. Pada tahun 1991, gerakan-gerakan yang digunakan dalam kesenian Sike Rebana juga ikut berkembang.\
Ada beberapa gerakan dalam kesenian Sike Rebana yang digunakan yaitu, Posisi duduk dengan gerakan kepala direbahkan ke kanan kemudian ke kiri sesuai dengan lantunan musik rebana, tangan kiri memegang rebana dan tangan kanan memukul rebana. Rebana tidak hanya diletakkan di atas paha, tetapi di angkat ke kanan, kiri, atas dan bawah dan terkadang diputar. Sedangkan posisi berdiri dengan gerakan kaki melangkah ke kanan kemudian ke kiri, serta ke depan dan belakang. Dengan tangan kiri yang memegang rebana dan tangan kanan yang memukul rebana tersebut.Kemudian dilakukan pertukaran posisi berdiri, dengan posisi membentuk berbagai pola, seperti membentuk lingkaran, persegi, berbaris memanjang dan lain-lain.Sedangkan kaum laki-laki posisi dan gerakannya hanya duduk bersila saja sambil menabuh rebana besar mengiringi gerakan wanita.
Perkembangan Sike Rebana ternyata sangat luas, berawal dari daerah pinggiran yang tertutup oleh pegunungan, di tepi danau Kerinci berkembang ke dari daerah-daerah yang ada di Kerinci, terus menyusuri ke luar daerah Provinsi Jambi, keluar daerah Sumatera sehingga sampai ke pulau Jawa, dan akhirnya berkembang ke mancanegara yaitu Malaysia dan Singapura dan hampir dibawa oleh ke negara-negara Islam seperti Yordania.
D. Nilai-nilai karakter dalam kesenian sike rabana dierinci
1.    Penguatan Agama
Pada awalnya sike (zikir) yang diterapkan dalam penguatan agama Dzikir yaitu dakwah melalui dzikir dan kultum. Dzikir sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an, yang berbunyi:

                      Artinya:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.(Q.S Ali Imran Ayat: 191).

Sesuai dengan ayat tersebut, maka dalam sike rabana (dzikir) dikerinci berusaha untuk mengajak masyarakat lainnya untuk berdzikir bersama dan bersikap sosial masyarakat dengan baik yaitu dengan memberikan contoh-contoh yang baik yang sudah mengikutinya. Melalui penguatan agama inilah akan terbentuk sikap sosial yang religius. Seseorang yang religius pasti akan selalu berusaha untuk mentaati segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya sebagai bentuk ketaatan terhadap agamanya.
Nyanyian dalam sike rebana ini berasal dari Kitab Barzanji namun dilantunkan dalam logat dan dialek Khas kerinci sambil memukul Rebana dengan berbagai Irama. Nyayian sike  berbeda-beda begitu pula tingkah rebana (Irama rebana) mengikuti syair syair barzanji yang dilantunkan.
salah satu lantunan zikir rebana adalah:
Ala de a he sala dinge lamo ala he kaya eeeee jaaaaaalil kurubi
la de assala la de assala mu ala nnabi ya rasulullah
la de assala la de assala mu ala nnabi ya habiballah
ae allaaaa hu de eeee kayaaa eeeee..eeeee.eeeee
alla hu  de a  di badaru kama mi….

Pada intinya sike rabana ialah memuliakan agama, menyanjung nabi Muhammad dengan shalawat serta salam kepada baginda nabi Muhammmad SAW secara bersama dan serentak dengan menggunakan alat tradisonal yakni rebana.
2.      Penguatan Solidaritas
Penguatan solidaritas merupakan cara agar silaturahmi tetap selalu terjaga, dan melatih seseorang untuk bersosialisasi dengan baik antar sesama anggota sike rabana khususnya maupun dengan masyarakat luas umumnya. Penguatan solidaritas ini dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan yang positif tentunya, seperti silaturrahmi antar Anggota, dengan adanya sikap sosial secara tidak langsung melatih masyarakat untuk berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang sopan, akrab yang disesuaikan dengan lawan bicaranya, menjadikan para pemain sike rabana maupun penonton (masyarakat) menghargai orang lain, dan lain sebagainya.
Melalui penguatan solidaritas ini akan terbentuk karakter bersahabat / komunikatif, peduli sosial, tanggung jawab, disiplin serta kreatfitas yang tinggi
Maka dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa sikap sosial mempunyai faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap ada dua yaitu:
a.       Menumbuhkan nilai cinta akan tanah air, dengan melestarikan kearifan local yang asli dari kerinci, saling menyatukan suara dalam seni dan berzikir.
b.      Membentuk kerjasama serta kekompakan dalam kebaikan, dan sebagainya.
  wallaahu'alamu bisshowab......

Tidak ada komentar: